Selasa, 28 Oktober 2014

Model-Model Alternatif Pengembangan IPA SD

Nama              : Eka Puspitasari
NIM                : F37012049
Kelas               : 5 B Reguler A
Mata Kuliah  : Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Tugas              : II (Model-Model Pembelajaran IPA)

1.        Bagaimana hakekat belajar menurut pandangan   konstruktivis ?
Apa kelemahan dan kelebihan belajar menurut pandangan   konstruktivistik tersebut ?
2.        Menurut Anda , bagaimana seharusnya langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan guru, jika pembelajarannya mengacu pada pandangan tradisi konstruktivis ?.
3.        Lakukan pengamatan pada Guru Sekolah Dasar yang sedang mengajar IPA di kelas. Menurut Anda apakah guru tersebut dalam pembelajarannya mengacu pada tradisi   konstruktivistik ? kemukakan alasannya ! dan apa ciri-cirinya ?
4.        Bagaimana pandangan anda dengan model-model alternatif dalam pembelajaran IPA SD? Apakah selama ini sudah diterapkan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar? Menurut Anda Model yang mana yang memungkinkan diterapkan! Kemukakan alasan Anda
5.        Untuk mengembangkan kompetensi siswa yang tidak hanya sekedar aspek kognitif saja, tetapi juga keterampilan berpikir, menemukan pengetahuan, mengembangkan pengetahuan, menerapkan dalam kehidupan dan juga dari sisi sikap dan afektif. Pembelajaran yang bagaimanakah yang harus dilakukan oleh guru agar komptensi siswa dapat dikembangkan.

JAWAB :
1.        Hakekat belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah (Yager,1991) :
a.       Suatu proses dimana pengetahuan diperoleh dengan jalan mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara individual
b.      Pengetahuan baru yang beragam tergantung bagaimana pengetahuan itu diperoleh
c.       Internalisasi dari suatu pengetahuan terjadi jika seseorang menangkap informasi baru, dikaitkan dengan pengetahuan yang lama tidak cocok, terjadi miskonsepsi, suatu kondisi desquiliberium.

Dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya sering diberi label pengetahun awal siswa. Pengetahuan awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia di luar bangku sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya. Seperti juga anda saat ini, anda telah memiliki pengetahuan pembelajaran IPA. Pengetahuan itu anda peroleh dari berbagai sumber. Cara belajar semacam ini oleh para ahli disebut juga belajar secara generatif. Mengingat pengetahuan awal dan pengalaman setiap siswa sangat individual maka pengetahuan yang baru dikonstruksi masing-masing siswa ada kemungkinan tidak sama satu dengan yang lain. Selain itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “ mengkonstruksi “ bukan proses menerima pengetahuan.
Kelebihan belajar menurut pandangan konstruktivisme :
a.       Berfikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
b.      Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c.       Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini membina sendiri kepahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
d.      Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
e.       Seronok :Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
f.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
g.       Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
h.       Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir tantang pengalamannya, sehingga dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
i.         Memberi kesempatan siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memeproleh kepercayaan diri dengan emnggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa utnuk menggunakan berbagai strategi belajar.
j.        Mendorong siswa untu memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
k.        Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapakan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kekurangan belajar menurut pandangan konstruktivisme :
a.       Kekurangannya bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung atau guru menjadi pasif

2.        Langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan guru, jika pembelajarannya mengacu pada pandangan konstruktivisme  yaitu :
a.       Tahap pertama (tahap apersepsi/ mengungkapkan konsepsi awal) , mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan problematik yang sering ditemui sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
b.      Tahap kedua (tahap eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Pada pelaksanaannya siswa berkelompok untuk berdiskusi, baik dalam diskusi kelompok itu sendiri maupun antarkelompok memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Secara keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa.
c.       Tahap ketiga (tahap diskusi dan penjelasan konsep), perankan siswa secara aktif dalam menginterpretasikan dan memahami konsep yang baru dalam diskusi kelas, pada saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari.
d.      Tahap keempat (tahap pengembangan dan aplikasi konsep), doronglah siswa untuk mengaplikasikan konsep yang dipelajarinya dalam berbagai aspek kegiatan/kehidupan sehari-hari di lingkungannya guru menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptual, melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan.
3.        Pembelajarannya belum mengacu pada tradisi konstruktivik, karena guru kebanyakan masih menggunakan metode konvensional, guru sukar untuk mengubah paradigma yang berpandangan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar, keterbatasan guru dalam bidang pengetahuan ilmiah dan perasaan kurang percaya diri untuk mengajar IPAHal ini dikarenakan kebanyakan guru SD merupakan guru kelas yang mengajar beberapa mata pelajaran (high workload). Persepsi guru terhadap IPA juga sangat menentukan pembelajaran IPA. Guru yang memandang IPA sebagai sekumpulan fakta, konsep, atau teori belaka menyebabkan pembelajaran IPA yang kurang bermakna. Walaupun guru memegang kuat komitmen untuk mendidik siswa dan memandang bahwa siswa perlu belajar IPA, guru menjadi kurang antusias dan tidak yakin akan kemampuan mereka dalam pembelajaran IPA. Hal ini kurang menstimulasi siswa untuk belajar secara aktif
Ciri-Ciri pembelajarannya:
a.       Pelaksanaan proses pembelajaran IPA belum sesuai dengan tujuan dan hakekat IPA seperti tercantum pada kurikulum pendidikan IPA sekolah dasar
b.      Pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan konsep kurang mengembangkan kemampuan  keterampilan berpikir, kurang adanya keseimbangan antara proses dan produk.
c.       Pembelajaran IPA masih terkesan pasif dan didominasi dengan informasi guru
d.      Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat terbatas
e.       Proses dan hasil belajar kurang mengaitkan dengan kehidupan siswa.
f.       Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
g.      Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
h.      Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

4.         Masing-masing model alternatif dalam pembelajaran IPA  SD tersebut memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Kekhasan model-model tersebut tampak pada tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Setiap model  pembelajaran tersebut memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu:
(a) menggali gagasan siswa,
(b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan                               tersebut, kemudian
(c) merefleksikannya secara eksplisit.
Model fase-fase pembelajaran :
a.       Siklus Belajar (eksplorasi konsep, pengenalan konsep, aplikasi konsep atau elaborasi)
b.      Pembelajaran EKPA (elisitasi/ memancing tanggapan, konfrontasi, pengembangan konsep/ membangun ulang kerangka konseptual, aplikasi konsep)
c.       STM (invitasi, eksplorasi, eksplanasi, aksi atau aplikasi)
d.      CTL (thinking/berpikir, kelompok belajar/ learning community/ kelompok belajar, modeling/ permodelan, sharing/ berbagi, reflection/ refleksi)
e.       Pemecahan masalah (motivasi, penjabaran masalah, penyusunan opini-opini, perencanaan dan konstruksi, percobaan, kesimpulan, abstraksi, konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek)
Selain itu masing-masing model pembelajaran dalam pendidikan sains memiliki orientasi dan penekanan tersendiri. Namun demikian, jika merujuk kepada tuntutan kurikulum terbaru, pembelajaran sains dengan model apapun namun selalu berorientasi pada prinsip-prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Elaboratif, dan Menyenangkan) dengan selalu mempertimbangkan unsur kontekstual yang terkait  dengan lingkungan dan peristiwa keseharian. Model pembelajaran demikian dapat dipandang sebagai model pembelajaran alternatif bagi pembelajaran sains di SD.

Selama ini penerapan pembelajaran IPA di sekolah dasar masih banyak dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan prestasi belajar IPA masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya

Contoh model pembelajaran alternatif yang memenuhi karakteristik dasar tersebut adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan pemecahan masalah atau inkuiri dan konstruktivisme. Model-model pembelajaran konstruktivisme antara lain Learning Cycle, Model Pembelajaran Kooperatif dan Science Technology and Society (Yager, 1996:8). Sedangkan model-model pembelajaran pemecahan masalah atau inkuiri antara lain: Inkuiri pendekatan rasional, Inkuiri pendekatan eksperimen, Inkuiri pendekatan penemuan terbimbing, dan Inkuiri penemuan murni.

5.        Menurut saya pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kompetensi siswa yang tidak hanya sekedar aspek kognitif saja, tetapi juga keterampilan berpikir, menemukan pengetahuan, mengembangkan pengetahuan, menerapkan dalm kehidupan dan juga  dari sisi sikap dan afektif yaitu pembelajaran problem solving, karena model problem solving tergolong dalam bentuk belajar menemukan. Diantara semua  bentuk belajar menemukan, model inilah yang paling penting dan paling banyak dimanfatkan dalam pembelajaran ilmiah modern. Dalam rangka mempersiapkan anak didik untuk bekal beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat, dipandang perlu melakukan penelitian pembelajaran yang tentunya pembelajaran IPA yang mampu mengembangkan daya nalar/ keterampilan berpikir (kerja ilmiah) serta sekaligus penguasaan dan aplikasi konsep IPA. Model pemecahan masalah merupakan pembelajaran yang memiliki peluang untuk mencapai tujuan pendidikan IPA.pembelajaran ini memanfaatkan keuntungan belajar melalui penelitian dan berorientasi kepada prosedur aktivitas dan pemikiran IPA, sehingga kekhawatiran bahwa siswa hanya sekedar menghafal fakta-fakta dapat dihindari. Selain itu pembelajaran ini juga memungkinkan guru dapat mencapai tujuan umum penting dalam pembelajaran IPA berikut ini :
a.       Memperkenalkan cara memperoleh pengetahuan baru dalam IPA
b.      Memperkenalkan cara berpikir ilmu pengetahuan
c.       Semakin mengenal terminologi ilmu pengetahuan
d.      Belajar memahami dan menilai pernyataan-pernyataan ilmiah
e.       Melatih kemampuan psikomotoris siswa
Hal ini juga sejalan dengan tuntutan dari pembelajaran IPA SD yaitu :
a.       Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
b.      Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi
c.       Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
d.      Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam (Kurikulum 2004, (Depdiknas, 2003))
Hasil belajar yang dapat dicapai dengan pemecahan masalah ternyata sangat relevan dari standar kompetensi bahan kajian sains yang tertuang dalam kurikulum 2004 yakni:
a.       Kerja ilmiah, meliputi penyelidikan dan penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah

b.      Pemahaman konsep dan penerapannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENILAIAN FORMATIF SEMESTER I KELAS I KURIKULUM MERDEKA (BAHASA INDONESIA)

  PENILAIAN FORMATIF SEMESTER I  KELAS I SD/MI TAHUN PELAJARAN 2022/2023   Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia (2)                  ...