Nama :
Eka Puspitasari
NIM :
F37012049
Kelas :
5 B Reguler A
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Tugas
: II (Model-Model Pembelajaran IPA)
1.
Bagaimana hakekat belajar menurut
pandangan konstruktivis ?
Apa kelemahan dan kelebihan belajar
menurut pandangan konstruktivistik
tersebut ?
2.
Menurut Anda , bagaimana seharusnya
langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan guru, jika pembelajarannya
mengacu pada pandangan tradisi konstruktivis ?.
3.
Lakukan pengamatan pada Guru Sekolah
Dasar yang sedang mengajar IPA di kelas. Menurut Anda apakah guru tersebut
dalam pembelajarannya mengacu pada tradisi
konstruktivistik ? kemukakan alasannya ! dan apa ciri-cirinya ?
4.
Bagaimana pandangan anda dengan
model-model alternatif dalam pembelajaran IPA SD? Apakah selama ini sudah
diterapkan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar? Menurut Anda Model yang
mana yang memungkinkan diterapkan! Kemukakan alasan Anda
5.
Untuk mengembangkan kompetensi siswa
yang tidak hanya sekedar aspek kognitif saja, tetapi juga keterampilan
berpikir, menemukan pengetahuan, mengembangkan pengetahuan, menerapkan dalam
kehidupan dan juga dari sisi sikap dan afektif. Pembelajaran yang bagaimanakah
yang harus dilakukan oleh guru agar komptensi siswa dapat dikembangkan.
JAWAB :
1.
Hakekat belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah
(Yager,1991) :
a.
Suatu proses dimana pengetahuan diperoleh dengan jalan
mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
secara individual
b.
Pengetahuan baru yang beragam tergantung bagaimana
pengetahuan itu diperoleh
c.
Internalisasi dari suatu pengetahuan terjadi jika
seseorang menangkap informasi baru, dikaitkan dengan pengetahuan yang lama
tidak cocok, terjadi miskonsepsi, suatu kondisi desquiliberium.
Dalam
paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan
yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya
sering diberi label pengetahun
awal siswa.
Pengetahuan awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia di
luar bangku sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya. Seperti juga anda saat ini, anda
telah memiliki pengetahuan pembelajaran IPA. Pengetahuan itu anda peroleh dari berbagai sumber. Cara belajar semacam ini oleh para ahli disebut juga
belajar secara generatif. Mengingat pengetahuan awal dan pengalaman setiap
siswa sangat individual maka pengetahuan yang baru dikonstruksi masing-masing
siswa ada kemungkinan tidak sama satu dengan yang lain. Selain itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “ mengkonstruksi “
bukan proses menerima pengetahuan.
Kelebihan belajar menurut pandangan
konstruktivisme :
a.
Berfikir :Dalam proses membina
pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan
membuat keputusan.
b.
Faham :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam
semua situasi.
c.
Ingat :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini membina sendiri kepahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi
dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
d.
Kemahiran sosial :Kemahiran sosial
diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan
dan guru dalam membina pengetahuan baru.
e.
Seronok :Oleh karena mereka
terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan
sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
f.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya dan mendorong siswa memberikan penjelasan
tentang gagasannya.
g.
Memberikan pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka
tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga
siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
h.
Memberikan kesempatan siswa
untuk berpikir tantang pengalamannya, sehingga dapat mendorong siswa untuk
berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
i.
Memberi kesempatan siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memeproleh kepercayaan diri
dengan emnggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru
dan akhirnya memotivasi siswa utnuk menggunakan berbagai strategi belajar.
j.
Mendorong siswa untu memikirkan
perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
k.
Memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapakan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kekurangan
belajar menurut pandangan konstruktivisme :
a.
Kekurangannya bisa
kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung atau guru
menjadi pasif
2.
Langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan
guru, jika pembelajarannya mengacu pada pandangan konstruktivisme yaitu :
a.
Tahap pertama (tahap apersepsi/ mengungkapkan konsepsi awal) , mengaitkan pengetahuan
awal siswa dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan problematik yang sering ditemui sehari-hari yang berkaitan dengan
konsep yang akan dipelajari.
b.
Tahap kedua (tahap eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk
menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Pada
pelaksanaannya siswa berkelompok untuk berdiskusi, baik dalam diskusi kelompok
itu sendiri maupun antarkelompok memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.
Secara keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa.
c.
Tahap ketiga (tahap diskusi dan penjelasan konsep), perankan siswa secara
aktif dalam menginterpretasikan dan memahami konsep yang baru dalam diskusi
kelas, pada saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada
hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru maka siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari.
d.
Tahap keempat (tahap pengembangan dan aplikasi konsep), doronglah siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang dipelajarinya dalam berbagai aspek
kegiatan/kehidupan sehari-hari di lingkungannya guru menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual, melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan lingkungan.
3.
Pembelajarannya belum mengacu pada tradisi konstruktivik,
karena guru kebanyakan masih menggunakan metode konvensional, guru sukar untuk mengubah
paradigma yang berpandangan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar, keterbatasan guru dalam
bidang pengetahuan ilmiah dan perasaan kurang percaya diri untuk mengajar IPA. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru SD merupakan guru
kelas yang mengajar beberapa mata pelajaran (high workload). Persepsi
guru terhadap IPA juga sangat menentukan pembelajaran IPA. Guru yang memandang
IPA sebagai sekumpulan fakta, konsep, atau teori belaka menyebabkan
pembelajaran IPA yang kurang bermakna. Walaupun guru memegang kuat komitmen
untuk mendidik siswa dan memandang bahwa siswa perlu belajar IPA, guru menjadi
kurang antusias dan tidak yakin akan kemampuan mereka dalam pembelajaran IPA.
Hal ini kurang menstimulasi siswa untuk belajar secara aktif
Ciri-Ciri pembelajarannya:
a.
Pelaksanaan proses pembelajaran IPA belum sesuai dengan
tujuan dan hakekat IPA seperti tercantum pada kurikulum pendidikan IPA sekolah
dasar
b.
Pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan konsep
kurang mengembangkan kemampuan
keterampilan berpikir, kurang adanya keseimbangan antara proses dan produk.
c.
Pembelajaran IPA masih terkesan pasif dan didominasi
dengan informasi guru
d.
Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat
terbatas
e.
Proses dan hasil belajar kurang mengaitkan dengan
kehidupan siswa.
f.
Siswa adalah penerima informasi
secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan
diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai
dengan standar.
g.
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
h.
Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran
4.
Masing-masing
model alternatif dalam pembelajaran IPA
SD tersebut
memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Kekhasan model-model tersebut
tampak pada tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Setiap model pembelajaran tersebut memiliki fase-fase dengan istilah
yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu:
(a) menggali gagasan siswa,
(b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap
gagasan tersebut, kemudian
(c) merefleksikannya secara eksplisit.
Model fase-fase pembelajaran :
a.
Siklus Belajar (eksplorasi konsep, pengenalan konsep, aplikasi
konsep atau elaborasi)
b.
Pembelajaran EKPA (elisitasi/ memancing tanggapan, konfrontasi,
pengembangan konsep/ membangun ulang kerangka konseptual, aplikasi konsep)
c.
STM (invitasi, eksplorasi, eksplanasi, aksi atau
aplikasi)
d.
CTL (thinking/berpikir, kelompok belajar/ learning
community/ kelompok belajar, modeling/ permodelan, sharing/ berbagi,
reflection/ refleksi)
e.
Pemecahan masalah (motivasi, penjabaran masalah,
penyusunan opini-opini, perencanaan dan konstruksi, percobaan, kesimpulan,
abstraksi, konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek)
Selain itu masing-masing
model pembelajaran dalam pendidikan sains memiliki orientasi dan penekanan
tersendiri. Namun demikian, jika merujuk kepada tuntutan kurikulum terbaru, pembelajaran
sains dengan model apapun namun selalu berorientasi pada prinsip-prinsip PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Elaboratif, dan Menyenangkan) dengan selalu mempertimbangkan
unsur kontekstual yang terkait dengan
lingkungan dan peristiwa keseharian. Model pembelajaran demikian dapat
dipandang sebagai model pembelajaran alternatif bagi pembelajaran sains di SD.
Selama ini penerapan pembelajaran IPA di sekolah dasar
masih banyak dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat
pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa
menjadikan prestasi belajar IPA masih rendah bila dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya
Contoh model pembelajaran alternatif yang memenuhi
karakteristik dasar tersebut adalah model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan pemecahan masalah atau inkuiri dan konstruktivisme. Model-model
pembelajaran konstruktivisme antara lain Learning Cycle, Model Pembelajaran
Kooperatif dan Science Technology and Society (Yager, 1996:8). Sedangkan
model-model pembelajaran pemecahan masalah atau inkuiri antara lain: Inkuiri
pendekatan rasional, Inkuiri pendekatan eksperimen, Inkuiri pendekatan penemuan
terbimbing, dan Inkuiri penemuan murni.
5.
Menurut saya pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan
kompetensi siswa yang tidak hanya sekedar aspek kognitif saja, tetapi juga
keterampilan berpikir, menemukan pengetahuan, mengembangkan pengetahuan,
menerapkan dalm kehidupan dan juga dari
sisi sikap dan afektif yaitu pembelajaran problem solving, karena model problem
solving tergolong dalam bentuk belajar menemukan. Diantara semua bentuk belajar menemukan, model inilah yang
paling penting dan paling banyak dimanfatkan dalam pembelajaran ilmiah modern.
Dalam rangka mempersiapkan anak didik untuk bekal beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di masyarakat, dipandang perlu melakukan penelitian pembelajaran
yang tentunya pembelajaran IPA yang mampu mengembangkan daya nalar/
keterampilan berpikir (kerja ilmiah) serta sekaligus penguasaan dan aplikasi
konsep IPA. Model pemecahan masalah merupakan pembelajaran yang memiliki
peluang untuk mencapai tujuan pendidikan IPA.pembelajaran ini memanfaatkan
keuntungan belajar melalui penelitian dan berorientasi kepada prosedur
aktivitas dan pemikiran IPA, sehingga kekhawatiran bahwa siswa hanya sekedar
menghafal fakta-fakta dapat dihindari. Selain itu pembelajaran ini juga
memungkinkan guru dapat mencapai tujuan umum penting dalam pembelajaran IPA
berikut ini :
a.
Memperkenalkan cara memperoleh pengetahuan baru dalam IPA
b.
Memperkenalkan cara berpikir ilmu pengetahuan
c.
Semakin mengenal terminologi ilmu pengetahuan
d.
Belajar memahami dan menilai pernyataan-pernyataan ilmiah
e.
Melatih kemampuan psikomotoris siswa
Hal ini juga sejalan dengan tuntutan
dari pembelajaran IPA SD yaitu :
a.
Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
b.
Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap
sains dan teknologi
c.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
d.
Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam (Kurikulum 2004, (Depdiknas, 2003))
Hasil belajar yang dapat dicapai dengan
pemecahan masalah ternyata sangat relevan dari standar kompetensi bahan kajian
sains yang tertuang dalam kurikulum 2004 yakni:
a.
Kerja ilmiah, meliputi penyelidikan dan penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah
b.
Pemahaman konsep dan penerapannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar